Menunggu, Sakit, dan Pergi

Lagi, kutermenung dalam dinginnya malam
Namun kali ini berbeda
Terbesit suatu rasa
Entah, mungkin aku menyebutnya kecewa

Setiap kali kulihat sosoknya
Kusadar dan selalu ingin kubertanya
Adakah hakku terhadapnya ?
Benak pun bungkam, tak berani buka suara

Paham, ia tak menganggapku ada
Munafik kuberkata kuikhlaskan dirinya
Sadar dirikulah si bodoh itu
Yang selalu takut pergi melepaskanmu

Namun akan tetap kuingatkan
Diriku di sini menunggu, entah sampai kapan
Tetapi, bolehkah lagi-lagi kutanya
Adakah dirinya merasa hal yang sama ?

Pedih, tiada terkira
Akankah ia menyadarinya ?
Akankah ia datang dan menjadi pelabuhan tempatku berbagi cerita lagi ?
Mungkin tibalah saatnya bagiku untuk pergi
Doakan aku tak berbalik arah saat aku memutuskan ini
Walau kuyakin, dirikulah yang sakit seorang diri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Arti Pendidikan

Sekolahku, Rumah Kesayanganku